SENI PENGOMPOSAN (ART COMPOSTING)
Alam telah menyediakan segala sesuatunya untuk
digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Sebagai contoh hutan yang berada
disekitar kita tidak berkurang sedikitpun kesuburannya, hal ini dikarenakan
alam telah mendaur ulang semua material yang ada menjadi suatu siklus yang
tidak berkesudahan. Daun kering yang berguguran oleh mikroba dalam tanah diubah
menjadi humus dan unsur hara yang akan diproses kembali oleh tanaman hal ini
berlangsung secara alami dan begitu sempurna.
Pengomposan (composting) adalah kegiatan
mengelola secara biologis proses oksidasi yang mengubah bahan-bahan organic
yang beraneka ragam ke bentuk yang lebih homogen seperti material humus yang
halus
Keuntungan pengomposan:
1.
Kegiatan
pengomposan dapat menjadikan perlindungan terhadap air dimana kompos dapat
menjadi sarana peresapan dan penyimpanan air
2.
Pengomposan
dapat memberi makan mikroba dalam tanah
3.
Pengomposan
merupakan proses pemupukan secara lambat
4.
Pengomposan
dapat mengurangi limbah hingga 30%
5.
Pengomposan
dapat meminimalisir pathogen, rumput-rumput liar, bau dan permasalahan terhadap
serangga
6.
Pengomposan
juga dapat menstabilkan nitrogen dan senyawa fosfor yang dapat meminimalisir
polusi air
7.
Kegiatan
pengomposan dapat memproduksi tanah yang sangat penuh guna dan dapat dipasarkan
sebagai komoditas unggulan
8.
Pengomposan
dapat membentuk karbon dalam bentuk stabil yang dapat dimasukkan kembali ke
dalam tanah
Dalam proses pengomposan yang ideal ada
beberapa pengelolaan yang dibutuhkan diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Carbon
(C) dan Nitrogen (N) diharapkan tersedia dalam rasio 30:1
2.
Oksigen
(02) untuk proses oksidasi berkisar 5-50%
3.
Sebanyak
50% air perlu ditambahkan untuk menjaga kelembaban
Berikut ini akan disajikan tabel tentang rasio
C:N yang ada pada material-material di sekitar kita:
Dari tabel diatas apabila material itu berwarna
coklat maka dapat disimpulkan mengandung lebih banyak carbon (C) dan apabila
material itu berwarna hijau maka material tersebut banyak mengandung nitrogen
(N).
Proses biologis pada pengomposan
Pada hakikatnya dalam proses pengomposan banyak
mikroorganisme yang bekerja. Mikroorganisme tersebut:
1.
Beberapa
jenis bakteri dan jamur memetabolisme Carbon (C) dan Nitrogen (N) untuk tumbuh
dan menggandakan diri menggunakan oksigen dan air
2.
Kegiatan
pengomposan layaknya bertani mikroorganisme yang dihadirkan di dalam tanah
Untuk membantu proses pengomposan maka perlu
menghadirkan udara yang pada akhirnya digunakan oleh mikroorganisme untuk
bernafas, oksigen/udara terletak pada pori-pori dan celah-celah atau
jendela-jendela dalam kompos.
Diatas merupakan uraian-urian singkat tentang
kompos. Berikut adalah bagaimana cara membuat kompos:
1.
Pemilihan
tempat untuk pembuatan kompos. Ada beberapa syarat tempat yang dipakai untuk
pembuatan kompos yakni: area terbuka yang memiliki kemiringan, dekat dengan
sumber kompos, dekat dengan sumber air, mudah dikontrol, terkena sinar matahari
atau terhalang, tidak diterpa angin
2.
Membuat
tumpukan berlapis dan penambahan 50% air
1.
Kelola
lapisan tumpukan
2.
Lakukan
monitoring terhadap suhu tumpukan, aktifitas biologi yang normal ditunjukkan
dengan suhu 54 derajat celcius. Diukur ketika tumpukan berusia 15 hari dan
telah di bolak-balik sebanyak 3 kali.
3.
Buat
catatan tentang suhu tumpukan
4.
Pastikan
tumpukan dalam suhu yang tepat, lakukan penyiangan dan singkirkan penyakit yang
datang di atas tumpukan
5.
Pada
saat pengontrolan: jika penurunan suhu terjadi maka aduk kembali tumpukan,
selalu cek kelembaban jika kurang lembab tambahkan air, bolak-balik (4-5kali)
tumpukan hingga suhu naik kembali.
6.
Proses
mikroorganisme selesai ketika suhu sudah tetap
7.
Jaga
kelembaban dibawah 50% dan pertahankan 1 – 2 bulan
Untuk menjaga kualitas dari kompos yang kita
buat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1.
Jangan
sampai ada daging, keju, tulang di dalam tempat pengomposan
2.
Harus
diketahui bahan kompos yang dipakai: bahan harus bebas dari antibiotic,
herbisida, logam berat
3.
Harus
diketahui bahwa kompos sudah matang: ditandai dengan aktifitas mikroorganisme
yang sedikit, semua bagian telah menjadi kompos. Kompos yang belum matang
mengandung ammonia yang dapat membuat tanaman seperti terbakar, nitrogen dalam
tanah menjadi tidak bergerak, dan nutrisi dalam tanah dirampok oleh kompos yang
belum matang. Selain hal tersebut akan muncul pathogen (e coli dan salmonella)
4.
Lakukan
pengetesan fungsi kompos. Terlalu banyak kompos tidak menjadikan lebih baik.
s
Created by: Supri Handoko, S.Pd.