Kamis, 25 Juli 2019

SENI PENGOMPOSAN (ART COMPOSTING)

SENI PENGOMPOSAN (ART COMPOSTING)

Alam telah menyediakan segala sesuatunya untuk digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Sebagai contoh hutan yang berada disekitar kita tidak berkurang sedikitpun kesuburannya, hal ini dikarenakan alam telah mendaur ulang semua material yang ada menjadi suatu siklus yang tidak berkesudahan. Daun kering yang berguguran oleh mikroba dalam tanah diubah menjadi humus dan unsur hara yang akan diproses kembali oleh tanaman hal ini berlangsung secara alami dan begitu sempurna.
Pengomposan (composting) adalah kegiatan mengelola secara biologis proses oksidasi yang mengubah bahan-bahan organic yang beraneka ragam ke bentuk yang lebih homogen seperti material humus yang halus
Keuntungan pengomposan:
1.       Kegiatan pengomposan dapat menjadikan perlindungan terhadap air dimana kompos dapat menjadi sarana peresapan dan penyimpanan air
2.       Pengomposan dapat memberi makan mikroba dalam tanah
3.       Pengomposan merupakan proses pemupukan secara lambat
4.       Pengomposan dapat mengurangi limbah hingga 30%
5.       Pengomposan dapat meminimalisir pathogen, rumput-rumput liar, bau dan permasalahan terhadap serangga
6.       Pengomposan juga dapat menstabilkan nitrogen dan senyawa fosfor yang dapat meminimalisir polusi air
7.       Kegiatan pengomposan dapat memproduksi tanah yang sangat penuh guna dan dapat dipasarkan sebagai komoditas unggulan
8.       Pengomposan dapat membentuk karbon dalam bentuk stabil yang dapat dimasukkan kembali ke dalam tanah
Dalam proses pengomposan yang ideal ada beberapa pengelolaan yang dibutuhkan diantaranya adalah sebagai berikut:
1.       Carbon (C) dan Nitrogen (N) diharapkan tersedia dalam rasio 30:1
2.       Oksigen (02) untuk proses oksidasi berkisar 5-50%
3.       Sebanyak 50% air perlu ditambahkan untuk menjaga kelembaban
Berikut ini akan disajikan tabel tentang rasio C:N yang ada pada material-material di sekitar kita:
 

Dari tabel diatas apabila material itu berwarna coklat maka dapat disimpulkan mengandung lebih banyak carbon (C) dan apabila material itu berwarna hijau maka material tersebut banyak mengandung nitrogen (N).
Proses biologis pada pengomposan
Pada hakikatnya dalam proses pengomposan banyak mikroorganisme yang bekerja. Mikroorganisme tersebut:
1.       Beberapa jenis bakteri dan jamur memetabolisme Carbon (C) dan Nitrogen (N) untuk tumbuh dan menggandakan diri menggunakan oksigen dan air
2.       Kegiatan pengomposan layaknya bertani mikroorganisme yang dihadirkan di dalam tanah
Untuk membantu proses pengomposan maka perlu menghadirkan udara yang pada akhirnya digunakan oleh mikroorganisme untuk bernafas, oksigen/udara terletak pada pori-pori dan celah-celah atau jendela-jendela dalam kompos.
Diatas merupakan uraian-urian singkat tentang kompos. Berikut adalah bagaimana cara membuat kompos:
1.       Pemilihan tempat untuk pembuatan kompos. Ada beberapa syarat tempat yang dipakai untuk pembuatan kompos yakni: area terbuka yang memiliki kemiringan, dekat dengan sumber kompos, dekat dengan sumber air, mudah dikontrol, terkena sinar matahari atau terhalang, tidak diterpa angin
2.       Membuat tumpukan berlapis dan penambahan 50% air
 
1.       Kelola lapisan tumpukan
2.       Lakukan monitoring terhadap suhu tumpukan, aktifitas biologi yang normal ditunjukkan dengan suhu 54 derajat celcius. Diukur ketika tumpukan berusia 15 hari dan telah di bolak-balik sebanyak 3 kali.
3.       Buat catatan tentang suhu tumpukan
4.       Pastikan tumpukan dalam suhu yang tepat, lakukan penyiangan dan singkirkan penyakit yang datang di atas tumpukan
5.       Pada saat pengontrolan: jika penurunan suhu terjadi maka aduk kembali tumpukan, selalu cek kelembaban jika kurang lembab tambahkan air, bolak-balik (4-5kali) tumpukan hingga suhu naik kembali.
6.       Proses mikroorganisme selesai ketika suhu sudah tetap
7.       Jaga kelembaban dibawah 50% dan pertahankan 1 – 2 bulan
Untuk menjaga kualitas dari kompos yang kita buat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1.       Jangan sampai ada daging, keju, tulang di dalam tempat pengomposan
2.       Harus diketahui bahan kompos yang dipakai: bahan harus bebas dari antibiotic, herbisida, logam berat
3.       Harus diketahui bahwa kompos sudah matang: ditandai dengan aktifitas mikroorganisme yang sedikit, semua bagian telah menjadi kompos. Kompos yang belum matang mengandung ammonia yang dapat membuat tanaman seperti terbakar, nitrogen dalam tanah menjadi tidak bergerak, dan nutrisi dalam tanah dirampok oleh kompos yang belum matang. Selain hal tersebut akan muncul pathogen (e coli dan salmonella)
4.       Lakukan pengetesan fungsi kompos. Terlalu banyak kompos tidak menjadikan lebih baik.
s
Created by: Supri Handoko, S.Pd.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar